STTPFood grade ini biasa digunakan untuk bahan pengenyal bakso dan mie, bahan penjaga kesegaran ikan, udang dan cumi selama proses pendistribusian, bahan pengenyal dan penjaga struktur nugget. Serta untuk industri kerupuk. Pada pemakaiannya STTP harus digunakan dalam takaran aman. Morfindigunakan untuk penghilang rasa sakit penderita kanker PuPSmerupakan piranti lunak untuk menentukan rekomendasi takaran pupuk padi sawah di setiap lokasi.Program ini dikembangkan oleh tim peneliti IRRI bersama Tim Teknis Kelompok Kerja Pemupukan Tanaman Pangan Badan Litbang Pertanian. Penggunaan PuPS ini sangat membantu Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) bersama petani dalam menetapkan takaran dan waktu pemupukan padi di lahan sawah pada musim Vay Tiền Nhanh. AbstractKerupuk gendar merupakan kerupuk yang dikenal dan disukai di Jawa Tengah. Sayangnya, kerupuk ini dibuat dengan campuran bahan penjendal yang berbahaya bagi kesehatan yaitu bleng. Kurangnya informasi dan tanggung jawab mengakibatkan penggunaan bahan tersebut tetap dilakukan pedagang. Padahal, pemerintah telah melarang penggunaan bleng sejak tahun 1979. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari pengganti bleng untuk kerupuk gendar tersebut. Pengganti bleng yang digunakan adalah STPP Sodium tripolifosfat dan ekstrak cincau karena keduanya mampu mengikat air dengan baik dan sudah dikenal oleh masyarakat. Dalam penelitian ini digunakan tiga konsentrasi STPP 0,1%, 0,2%, dan 0,3% dan dua konsentrasi ekstrak cincau 25% dan 50%. Variabel yang diuji meliputi pengukuran kadar air, kadar abu tanpa garam, kadar lemak, hardness, springiness, cohesiveness, break strength, persentase pengembangan, uji beda terhadap kontrol, dan uji ranking hedonik. Dari hasil penelitian didapatkan, kadar air kerupuk mentah tertinggi adalah kerupuk cincau 25% 9,76% dan kadar air kerupuk setelah digoreng tertinggi adalah kontrol 2,75%. Kadar abu tanpa garam tertinggi pada kerupuk mentah dan setelah digoreng adalah kerupuk cincau 50% 3,23% dan 3,03%. Kadar lemak tertinggi pada kerupuk mentah dan setelah digoreng adalah kerupuk cincau 50% 1,79% dan 28,49%. Hardness tertinggi pada adonan kerupuk adalah adonan cincau 25% 619,58gf, dan springiness serta cohesiveness tertinggi adalah pada adonan kontrol 11,88mm dan 0,29. Break strength tertinggi pada kerupuk mentah dan setelah digoreng adalah kerupuk kontrol 710,34gf dan 820,58gf serta persentase pengembangan terbesar adalah juga pada kerupuk kontrol 158,14%. Hasil uji beda terhadap kontrol menunjukkan tidak ada beda nyata antar keenam sampel kerupuk. Hasil uji ranking hedonik menunjukkan bahwa kerupuk STPP 0,2% mempunyai skor yang tertinggi dari semua parameter yang diujikan, meliputi warna, rasa, kenampakan, kerenyahan, dan overall. Hasil uji fisikokimia dan sensoris menunjukkan bahwa STPP dan ekstrak cincau potensial menggantikan bleng. Akan tetapi, hasil terbaik diperoleh dari kerupuk gendar dengan penambahan STPP 0,2%ThesisNonPeerReviewed664 Food technologySimilar works BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerupuk adalah salah satu makanan ringan yang banyak digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk sangat beragam dalam bentuk, ukuran, bau, warna, rasa, kerenyahan, ketebalan, nilai gizi dan sebagainya. Perbedaan ini bisa disebabkan pengaruh budaya daerah penghasil kerupuk, bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan serta alat dan cara pengolahannya. Secara umum bahan baku yang digunakan adalah tepung tapioka. Sedangkan bahan – bahan lainnya seperti ikan atau udang, telur atau susu, garam, gula, air dan bumbu bawang putih, bawang merah, ketumbar dan sebagainya merupakan bahan tambahan yang sangat bervariasi tergantung dari selera masing – masing Astawan dan Mita, 1989. Di pasaran banyak ditemui jenis kerupuk, diantaranya kerupuk bawang, kerupuk udang, kerupuk ikan dan kerupuk gendar. Pada mulanya kerupuk digunakan sebagai lauk namun sekarang telah berkembang menjadi makanan kecil Anonim, 2000. Bahan tambahan pangan adalah bahan kimia yang ditambahkan dan dicampurkan selama pengolahan makanan baik secara sengaja maupun tidak untuk meningkatkan mutu produk tersebut. Penggunaan bahan tambahan pangan dalam industri semakin meningkat namun disisi lain masih banyak produsen yang masih menggunakan bahan tambahan yang tidak selayaknya, baik dari segi macam, dan dosis yang digunakan. Hal ini bisa terjadi karena minimnya pengetahuan, lemahnya pengawasan dari lembaga pemerintah, dan alasan ekonomi. Kekurangpahaman produsen akan aspek keamanan produk dan masih sedikitnya alternatif bahan tambahan makanan yang aman, murah, dan mudah didapat juga menjadi salah satu pemacunya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian yang mengembangkan alternatif bahan tambahan makanan yang aman, murah, dan mudah didapat. Boraks Na2B4O7 merupakan salah satu zat aditif pada makanan. Yakni zat yang ditambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan dengan maksud untuk mengawetkan makanan serta sebagai pengenyal Aryani, 2006. Menurut Saparinto dan Diana 2006, tujuan penambahan boraks pada proses pengolahan makanan adalah untuk meningkatkan kekenyalan, kerenyahan, serta memberikan rasa gurih dan kepadatan terutama pada jenis makanan yang mengandung pati. Boraks yang dipergunakan sebagai pengenyal berupa sodium boraks, yang dalam istilah awamnya disebut bleng atau cetitet Aryani, 2006. Boraks merupakan bahan tambahan pangan yang banyak digunakan pada produk kerupuk. Boraks biasa digunakan pada kerupuk yang berbahan dasar tapioka, terigu dan beras. Hal tersebut untuk membantu proses gelatinisasi pati sehingga produk menjadi kenyal, tidak lengket, lebih mengembang dan tahan disimpan. Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, kerupuk gendar, atau kerupuk puli yang secara tradisional di Jawa disebut “Karak” atau “Lempeng” Anonima, 2008. Hasil penelitian Renawati 1989, menunjukkan bahwa garam bleng padatan mengandung garam dapur natrium klorida 61 %, natrium karbonat 27 %, natrium boraks 10 % dan garam – garaman lainnya dari logam kalium, kalsium, besi dan magnesium. Bleng mengandung boraks yang bersifat racun. Fungsi garam bleng adalah mempercepat pematangan, sebagai pengikatan air sehingga bahannya menjadi kenyal dan tidak retak. Sebenarnya pemakaian boraks dalam makanan sudah dilarang menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia karena bersifat toksik dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan apabila dikonsumsi terus menerus dan juga dapat menimbulkan kematian. Mengkonsumsi boraks dalam makanan tidak secara langsung berakibat buruk, namun sifatnya terakumulasi tertimbun sedikit-demi sedikit dalam organ hati, otak dan testis. Boraks tidak hanya diserap melalui pencernaan namun juga dapat diserap melalui kulit. Boraks yang terserap dalam tubuh dalam jumlah kecil akan dikeluarkan melalui air kemih dan tinja, serta sangat sedikit melalui keringat. Boraks bukan hanya menganggu enzim-enzim metabolisme tetapi juga mengganggu alat reproduksi pria. Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan Anonima, 2008. Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks dapat menyebabkan demam, anuria tidak terbentuknya urin, koma, merangsang sistem saraf pusat, menyebabkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian Anonimb, 2006. Kematian pada orang dewasa dapat terjadi dalam dosis 15-25 gram, sedangkan pada anak dosis 5-6 gram Cahyadi, 2006. Menghadapi fenomena penggunaan boraks sebagai bahan tambahan makanan, pemerintah berusaha mencarikan bahan pengganti boraks dengan bahan tambahan lain yang diizinkan oleh Departemen Kesehatan RI yang memiliki karakteristik seperti boraks namun tetap aman dikonsumsi. Dengan demikian tuntutan kebutuhan masyarakat akan makanan yang aman juga bisa dipenuhi. Senyawa Sodium Tripoliphosphat STPP biasa digunakan dalam pembuatan mie untuk meningkatkan elastisitas produk. Selain itu STPP juga mempunyai kemampuan sebagai pengawet makanan. Penggunaan bleng maupun cetitet yang mengandung boraks pada karak yang berfungsi sebagai pengenyal, sebenarnya dapat digantikan dengan STPP yang aman bagi tubuh. Pemerintah telah mencanangkan STPP sebagai pengganti boraks. Pengaruh sodium tripoliphosphat sebagai bahan tambahan makanan pada kerupuk gendar belum diketahui, sehingga perlu dipelajari pengaruh penggunaan sodium tripoliphosphat dalam pembuatan kerupuk gendar terhadap sifat fisik, kimia dan sensoris kerupuk gendar yang dihasilkan. Incoming search termsharga stpp pengganti blengkegunaan stpp Kerupuk ikan dengan penambahan rumput laut merupakan salah satu inovasi dalam menambah nilai gizi kerupuk. Rumput laut menambah kadar serat pada kerupuk namun menghambat daya mekar kerupuk. STTP sodium tripolipospat adalah alkali fosfat yang mampu menambah daya mekar kerupuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi terbaik dalam mendapatkan kemekaran dan tekstur kerupuk ikan serta persentase tertinggi kemekaran kerupuk ikan. Desain percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap RAL. Perbedaan konsentrasi menggunakan STPP 0%; 0,1%; 0,3% dan 0,5% dilakukan 3 kali pengulangan. Data analisis menggunakan ANOVA, dilanjutkan dengan uji BNJ untuk parametrik sedangkan Kruskal-Wallis dan Mann Whitney untuk data non parametrik. Kerupuk dengan penambahan STPP memiliki kemekaran linier tertinggi yaitu 52,39±2,15 cm² atau 316%, kerenyahan tertinggi yaitu 1305,39±72,5 gf, kadar air terendah yaitu 10,78±0,20%, kadar protein tertinggi 5,92±0,07%, kadar serat kasar tertinggi yaitu 6,35±0,34%, kadar lemak tertinggi yaitu 0,62±0,23%, dan tingkat kesukaan kerupuk ikan terbaik yaitu 7,441 This study aimed to find out the effect of the combination of Sodium Tripolyphosphate STPP and stirring time on physical and chemical characteristics of the produced suweg starch. A factorial completely randomized design CRD was used in this study. The study was conducted using 2 treatment factors, namely the addition of Sodium Tripolyphosphate STPP concentrations in 1% and 2% level and stirring time for 30 minutes and 60 minutes. The research method use 2 factorial Randomized Block Design RBD. The data obtained was performed by ANOVA statistical tests and if the result significantly different it would be followed by the Duncan Multiple Range Test at a 5% confidence level. The results showed the effect of the combination of Sodium Tripolyphosphate STPP and stirring time on the physical and chemical characteristics of the resulting suweg starch compared to the control suweg starch in the form of an increase in the value of brightness, amylopectin content and solubility, while the value of redness a*, yellowness b*, water content, amylose content, and swelling power decreased

takaran penggunaan stpp untuk kerupuk