Dengandemikian, Berdasarkan batu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia, di perkirakan agama Islam dibawa masuk oleh pedagang dari Gujarat/India. 605 0.0 ( 0 rating ) Arkeologakan meneliti batu nisan diduga makam kuno di Palembang. Arkeolog akan meneliti batu nisan diduga makam kuno di Palembang. REPUBLIKA.ID; REPUBLIKA TV; GERAI; IHRAM; REPJABAR; REPJOGJA Indonesia Berdaya; Cek Viral; News Story; NUSANTARA Jabodetabek; banten; Jawa Barat; Jawa Tengah & DIY; Jawa Timur; kalimantan; Sulawesi; Sumatra; Vay Tiền Nhanh. Kami ke tempat penemuan nanti malam jam WIB untuk menyaksikan langsung proses pengangkatan kembali nisanSumatera Selatan ANTARA - Arkeolog yang tergabung dalam Tim Ahli Cagar Budaya TACB Palembang, Sumatera Selatan, bakal meneliti lebih lanjut penemuan batu nisan diduga makam kuno zaman Kesultanan Palembang. Batu nisan tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh para pekerja PT Waskita Karya saat melakukan penggalian untuk proyek galian instalasi IPAL di kawasan 16 Ilir, Palembang, pada Rabu 12/1 dan beredar di grup media sosial whatsapp melalui video penemuan berdurasi 19 detik pada Jumat 14/1. Kepala TACB Palembang Retno Purwati di Palembang, Senin, mengatakan berdasarkan hasil rapat yang difasilitasi Dinas Kebudayaan Kota Palembang dan dihadiri oleh pihak PT Waskita Karya, tim arkeolog sudah mendapatkan izin untuk memeriksa batu nisan tersebut. Baca juga Pujakesuma dan Kesultanan Palembang bahas potensi makam raja "Kami ke tempat penemuan nanti malam jam WIB untuk menyaksikan langsung proses pengangkatan kembali nisan, sehingga bisa diperiksa lebih lanjut. Karena nisan itu telah dikuburkan lagi oleh pekerja Waskita untuk langkah pengamanan dan agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," kata Retno yang juga arkeolog dari Kantor Arkeologi Sumatera Selatan. Menurut dia, pihaknya belum melihat secara langsung nisan tersebut sehingga belum dapat memastikan apakah benar batu nisan tersebut merupakan peninggalan zaman Kesultanan Palembang. Baca juga Benteng Kuto Besak masih sebagai pajanganKota Palembang Namun, lanjutnya, berdasarkan bentuk dan tulisan di batu nisan yang dilihatnya dalam video yang beredar dan dicocokkan dengan lokasi penemuan tersebut tidak menutup kemungkinan itu benar memang benda penting dan bersejarah. "Kemungkinan bisa saja benar karena memang lokasi penemuannya di 16 Ilir berada di dekat bekas Keraton Beringin Janggut," imbuhnya. Baca juga Meriam langka dipamerkan di museum Kota Palembang Ia memperkirakan batu nisan tersebut peninggalan masa Gede Ing Suro abad ke-16 dan abad ke-19. Sebab nisan bertipe Demak dan bertulisan menggunakan Aksara Jawi banyak ditemukan di Palembang seperti di Kawah Tengkureb, Kebon Gede dan Sabokingking. "Terlepas nantinya apakah benar nisan itu dari dulunya ada di situ atau proses karena transformasi atau pemindahan baru. Lihat nanti malam, mudah-mudahan cuaca mendukung," kata dia. Baca juga Balai Arkeologi Sumsel teliti pengaruh Hindu Budha pada makam MuslimPewarta Muhammad Riezko Bima ElkoEditor Agus Salim COPYRIGHT © ANTARA 2022 › Nusantara›Batu Nisan Kuno di Jalan Tol... Penemuan batu nisan kuno yang diduga peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam di lokasi pembangunan jalan Tol Aceh perlu dikaji mendalam. Para pihak meminta pembangunan infrastruktur tanpa harus merusak bukti sejarah. KOMPAS/ZULKARNAINI Batu nisan kuno ditemukan di lokasi pembangunan jalan Tol Banda Aceh-Sigli, di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Kamis 11/2/2021. Batu nisan tersebut diduga peninggalan masa Kesultanan Aceh Darussalam abad ke-15 dan awal abad ACEH, KOMPAS — Penemuan batu nisan kuno yang diduga peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam di lokasi pembangunan jalan tol Aceh perlu dikaji mendalam. Para pihak meminta pembangunan infrastruktur tanpa harus merusak bukti sejarah dan batu nisan kuno ditemukan saat petugas melakukan pembersihan lahan di kawasan Gerbang Tol Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman, Kamis 11/2/2021, menuturkan, nisan kuno di lokasi pembangunan jalan tol harus dilindungi. Dia berharap lokasi pembangunan jalan digeser sedikit sehingga tidak terkena batu nisan. ”Nisan ini adalah situs peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam berusia ratusan tahun,” ujar itu, Mawardi meminta kepada Hutama Karya, perusahaan pembangunan jalan tol Banda Aceh-Sigli, untuk menunda sementara pembersihan lahan. Mawardi mengajak para pihak untuk menyematkan peninggalan sejarah ini adalah situs peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam berusia ratusan tahun.”Kasus seperti ini pernah terjadi di Jawa Timur. Kemudian posisi jalan tol digeser untuk menyelamatkan situs. Seharusnya hal ini juga dilakukan di Aceh,” Juga Situs Kerajaan Aceh DitelitiMawardi mengatakan, pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, Kawasan Baitussalam, Kajhu, Lambada, dan sekitarnya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Bahkan, Kawasan itu disebut sebagai tempat tinggal keluarga besar Tol Trans-Sumatera per 15 Oktober 2020Dihentikan sementaraManager Teknik Hutama Karya Pembangunan Jalan Tol Banda Aceh-Sigli Khrisna Aditya Yudha menuturkan, untuk sementara, pekerjaan kontruksi di lokasi itu dihentikan hingga ada keputusan bersama para pihak. Namun, tanah tersebut telah dibebaskan untuk kepentingan pembangunan jalan penemuan batu nisan dibatasi dengan garis polisi agar tidak diakses bebas oleh warga. ”Kami menunggu hasil evaluasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya,” kata dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, Andi Irfan Syam, menuturkan, timnya sedang mengumpulkan data awal atau observasi. Data-data yang ditemukan di lapangan akan dikaji lebih dalam untuk menentukan kebijakan apa yang diambil.”Kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah mencari solusi terbaik terkait penemuan batu nisan kuno ini,” kata Juga Situs Purbakala di Tol Pandaan-Malang Dikaji Arkeolog Aceh, Tarmizi Hamid, menuturkan, penemuan situs sejarah itu sangat mengejutkan sebab selama ini tertimbun lumpur tsunami. Menurut dia, batu nisan itu peninggalan dari abad ke-15 atau awal abad ke-16 sebab bentuk batu nisan masih polos dengan ukiran HUTAMA KARYA Batu nisan kuno ditemukan di lokasi pembangunan jalan Tol Banda Aceh-Sigli, di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Kamis 11/2/2021. Batu nisan tersebut diduga peninggalan masa Kesultanan Aceh Darussalam abad ke-15 dan awal abad ke-16.”Dari bentuknya, batu nisan itu sebelum masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam,” ujarnya sembari menambahkan para pakar perlu diajak untuk melakukan penelitian lebih jauh terhadap batu nisan tersebut. Dia berharap situs itu diselamatkan sebab punya nilai sejarah Juga Situs Kerajaan Aceh Terancam Rusak Penerbit Penerbit Buku KompasTahun terbit 2023Jumlah halaman xxiv + 352 halamanISBN 978-623-346-873-2Kedatangan bangsa Eropa di Indonesia sejak abad ke-16 hingga abad ke-20 meninggalkan banyak jejak. Mereka berasal dari beragam kelas sosial. Di antara mereka juga ada yang memilih untuk menetap di tanah Hindia Belanda dengan beragam penyebab. Ada yang disebabkan kecintaannya terhadap lingkungan di Hindia, atau telah menikah dengan Belanda yang memilih menetap di Hindia hingga akhir hayatnya kemudian dikebumikan juga di Hindia Belanda. Jejak-jejak batu nisan mereka inilah yang hingga kini dapat dilihat di perkuburan Belanda yang tersebar di seluruh Indonesia. Sementara di DKI Jakarta, batu nisan orang Belanda dapat ditemukan di Museum Prasasti, Museum Wayang, Gereja Sion, dan Pulau batu-batu nisan ini sering kali dianggap tidak bernilai oleh sebagian warga Indonesia. Bahkan, tidak jarang makam-makam Belanda dihancurkan dan diratakan demi pembangunan. Akibatnya, keberadaan warisan kolonial yang tak ternilai harganya pun batu nisan Belanda yang utuh dapat memberi jawaban atas asal-usul orang yang dimakamkan tersebut. Mereka bisa jadi gubernur jenderal dari masa VOC Vereenigde Oostindische Compagnie hingga zaman kolonial Hindia Belanda. Bahkan, simbol-simbol yang terpahat di atas batu nisan dapat menggambarkan kehidupan atau aliran kepercayaan yang dianut semasa sinilah pentingnya penerbitan buku berjudul Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda PBK, 2023 karya Lilie Suratminto. Penulis merupakan dosen yang memiliki fokus penelitian pada sejarah hubungan Indonesia-Belanda. Lilie Suratminto telah meneliti batu-batu nisan Belanda, tidak hanya di Indonesia, melainkan juga sampai Malaysia dan beberapa wilayah kekuasaan VOC zaman ini merupakan penelitian Lilie Soeratminto yang komprehensif mengenai kehidupan dan kebudayaan kolonial di Indonesia. Berbekal kemampuan Lilie Soeratminto menguasai bahasa Belanda, mulai dari yang kuno hingga modern, membuat pembaca dapat mengetahui misteri di balik tulisan-tulisan di batu nisan Suratminto yang juga menjabat sebagai anggota Tim Ahli Cagar Budaya Nasional ingin menjelaskan betapa pentingnya batu-batu nisan orang Belanda karena tidak hanya sebatas sebagai sumber sejarah, tetapi juga bisa menjadi wisata sejarah. Selain itu, pemerhati kebudayaan dan sejarah dapat memperhatikan kembali peninggalan batu nisan yang tersebar di seluruh Indonesia sebagai bagian dari cagar budaya dan sarat makna pemakaman BelandaDahulu orang Kristen Belanda banyak yang memakamkan keluarganya di pemakaman umum atau di halaman gereja. Namun, sejak tahun 1795 kegiatan ini mulai dilarang. Hal ini sesuai dengan bahasa Belanda dari makam, yakni Kerkhof yang berasal dari kata Kerk yang artinya gereja. Makam-makam tersebut kemudian dipindahkan ke pemakaman di Europeesche Kerkhof atau Tempat Pemakaman Eropa yang terletak di Kerkhoflaan, kini dikenal sebagai Museum Taman orang Belanda pada zaman dahulu memiliki prosesi yang panjang dan sangat mahal, terlebih jika yang dimakamkan pejabat seperti gubernur jenderal. Biasanya acara pemakaman dilakukan pada malam hari sehingga para pelayat menyalakan lilin sebagai penerangan. Hal ini membuat acara pemakaman akan terlihat lebih romantis dan jauh dari kesan iring-iringan pemakaman di paling depan ada enam buah pucuk meriam karena pada saat jenazah dimasukkan ke liang lahat akan diiringi oleh tembakan salvo. Kemudian di barisan belakangnya diikuti kavaleri dan dua ekor kuda betina. Barisan kavaleri dan kedua kuda betina diiringi musik terompet dan tambur, diikuti pembawa kaus tangan, pembawa pedang, dan panji-panji orang yang belakang para pengiring tersebut berjalan kereta pembawa jenazah yang diiringi kereta-kereta para pejabat. Sejak Gubernur Jenderal Willem van Outhoorn, ditetapkan jenazah harus diusung dengan kereta. Sebelumnya, peti jenazah diusung oleh para budak yang tidak kelihatan karena tertutup selubung peti mati. Akibatnya, para serdadu berlaku seolah-olah sedang mengusung pelayat yang mengiringi jenazah menggunakan mantel berwarna hitam. Warna hitam digunakan sebagai simbol dukacita. Pakaian serta peralatan upacara pemakaman telah disediakan dan disewakan oleh kerkfabryck, yaitu sebuah badan di gereja yang mengurus masalah pemakaman. Tidak hanya itu kerkfabryck juga menawarkan keuntungan mulai dari sewa tanah pemakaman, menentukan lokasi pemakaman sesuai dengan stratifikasinya, penggali kubur, dan surat duka sebagai undangan kepada itu, kerkfabryck juga mengurus peti jenazah, pembuatan lencana atau piring schenken, bahkan apabila pihak keluarga tidak ingin repot, segala acara hiburan juga diurus oleh badan tersebut. Keluarga yang ditinggalkan juga sering membagikan piring schenken yang bergambar simbol dari almarhum/almarhumah sebagai bagian dari tinggi jabatan yang meninggal akan semakin tinggi pula biaya pemakamannya. Acara pemakaman yang dianggap terlalu mewah sering kali disebut sebagai graaffeest atau pesta kematian. Saking mahalnya biaya acara pemakaman, tidak jarang keluarga yang ditinggalkan terpaksa menjual harta hanya acara pemakamannya yang mahal, tetapi juga batu yang digunakan untuk nisan bukanlah batu sembarangan. Batu-batu nisan Belanda pada umumnya dibuat dari batu gunung biru arduin atau blauwsteen atau batu pantai yang keras kuststeen yang didatangkan dari Sandras, India Selatan. Di India Selatan sendiri batu-batu jenis ini ditambang di punggung Bukit Tamil Nadu di Pantai batu-batu dari India ini didatangkan sejak zaman VOC di mana daerah tersebut dahulunya masih dikuasai Kompeni. Namun, sejak VOC bubar dan adanya perjanjian antara Inggris dan Belanda, mulai tahun 1824 batu nisan Belanda tidak lagi menggunakan batu gunung biru, tetapi menggunakan batu nisanKetika menjumpai batu nisan Belanda, masalah yang mungkin ditemukan adalah bagaimana memahami tulisan dan simbol-simbol yang tertera di atas batu nisan? Apalagi, bahasa yang digunakan adalah bahasa Belanda, mulai dari bahasa Belanda lama abad ke-17 sampai 18 dan bahasa Belanda yang baru. Selain itu, juga ditemukan simbol berupa gambar yang memiliki arti apabila diperhatikan, batu nisan sendiri memiliki informasi yang sangat berharga mengenai orang yang dikuburkan. Dari data inkripsi batu nisan Belanda dapat ditemukan informasi mengenai profesi, status sosial ekonomi, tanggal lahir, tanggal meninggal, dan usia saat informasi tersebut, batu nisan Belanda juga memuat simbol atau lambang heraldik. Menurut Lilie Suratminto kata heraldik berasal dari kata herald yang bermakna pengumuman, pembawa berita, atau petanda. Meskipun kata herald tidak ditemukan makna aslinya, istilah ini pertama-tama dikenal pada tahun heraldik di atas batu nisan juga memiliki informasi yang sangat kaya. Dalam halaman 152 publikasi ini, Lilie Suratminto menggungkapkan setidaknya ada dua hal kegunaan dari herladik. Pertama, sebagai identitas tempat lingkungan budaya di mana mereka tinggal. Kedua, lambang heraldik dapat dipergunakan untuk menelusuri sejarah keluarga dan asal-usul nenek moyang atau umum, lambang heraldik yang lengkap terdiri atas puncak lambang, helm berteralis untuk kaum bangsawan, baju zirah kadang dengan kalung liontin salib atau lambang lain, perisai, dan moto. Gambar perisai biasanya dibagi menjadi empat bidang dengan garis pembagi berupa salib. Bidang sebelah kanan disebut sebagai dexter dan sebelah kiri disebut sinister. Kedua bidang tersebut memiliki simbol yang saling berkebalikan sehingga menunjukkan heraldik yang dipasang biasanya memuat lambang keluarga, lambang-lambang pekerjaan semasa hidup, serta lambang-lambang yang erat hubungannya dengan doa-doa untuk yang sudah wafat. Lambang-lambang yang menyiratkan doa erat hubungannya dengan perjalanan almarhum/almarhumah menghadap Sang Pencipta. Tidak jarang juga lambang-lambang doa tersebut juga menjadi penghiburan bagi keluarga yang nisan Belanda pada umumnya menampilkan lambang vegetal atau tumbuh-tumbuhan, misalnya bunga teratai, bunga mawar, dan daun sulur yang distilir. Ada juga lambang heraldik yang menampilkan lambang hewan, misalnya kuda, anjing, kucing, unggas, dan lambang heraldik pun tidaklah sembarangan. Salah satu contohnya Cornelis Willemse Vogel yang terletak di Pulau Onrust. Lambang heraldik dari makam tersebut adalah seekor ”burung”. Burung dalam bahasa Belanda disebut vogel sesuai dengan nama yang dimakamkan. Oleh karena itu, lambang burung sendiri dapat diartikan sebagai roh atau kemampuan untuk berkomunikasi dengan Tuhan untuk masuk ke tempat yang lebih heraldik inilah yang menjadi daya tarik dari batu-batu nisan Belanda. Simbol yang digambarkan bukanlah gambar sembarangan, tetapi memiliki arti khusus sendiri. Untungnya Lilie Suratminto menuliskan makna dari setiap lambang yang ditemukan selama penelitian berlangsung sehingga publikasi kali ini tidak hanya menjadi pengenalan awal terhadap sejarah batu nisan Belanda, tetapi juga sebagai buku panduan untuk memahami batu nisan orang Belanda. Martinus Danang Pratama Wicaksana/Litbang Kompas

berdasarkan batu nisan kuno yang ditemukan di indonesia